Terungkap Faktor yang Tingkatkan Risiko Demensia Usia Muda Selama ini, demensia lebih dikenal sebagai penyakit yang menyerang lansia. Namun, studi terbaru mengungkap fakta mengejutkan: kasus demensia usia muda (young-onset dementia) mulai meningkat dan menjadi ancaman nyata bagi generasi produktif. Demensia usia muda bisa menyerang individu berusia di bawah 65 tahun, bahkan kasus ekstrem ditemukan pada orang usia 30-an.
Pakar kesehatan global kini berlomba-lomba mencari tahu apa saja faktor yang mempercepat munculnya demensia di usia muda. Temuan terbaru mematahkan banyak mitos lama dan sekaligus menjadi alarm bagi masyarakat modern untuk lebih waspada.
Apa Itu Faktor Demensia Usia Muda?
Definisi dan Dampak Nyata
Demensia usia muda mengacu pada penurunan fungsi otak yang menyebabkan gangguan dalam ingatan, pemikiran, perilaku, dan kemampuan sosial pada individu di bawah 65 tahun.
Berbeda dengan demensia pada lansia, demensia usia muda kerap terlambat terdiagnosis karena gejalanya sering dikira sekadar stres, depresi, atau gangguan mental biasa.
“Young-onset dementia sering kali lebih menghancurkan karena menyerang individu dalam masa produktif, ketika mereka masih bekerja, membesarkan anak, dan aktif bersosialisasi,” jelas Dr. Clara Wijaya, Sp.S, spesialis saraf dari Jakarta.
Terungkap! Ini Faktor yang Tingkatkan Risiko Demensia Usia Muda
1. Faktor Riwayat Cedera Kepala
Penelitian dari University of Oxford menemukan bahwa cedera otak traumatik (TBI) meningkatkan risiko demensia usia muda hingga 2–4 kali lipat.
Bahkan cedera ringan, seperti gegar otak saat olahraga, bisa berdampak jangka panjang jika terjadi berulang. Cedera ini menyebabkan peradangan kronis di otak yang memicu kerusakan saraf progresif.
2. Faktor Konsumsi Alkohol Berlebihan
Studi besar yang dipublikasikan di jurnal The Lancet Public Health menyebutkan bahwa konsumsi alkohol berlebih adalah faktor risiko utama demensia awal. Alkohol dalam jumlah tinggi mempercepat degenerasi otak dan memperburuk penyakit pembuluh darah kecil di otak.
Orang yang minum alkohol berat berisiko tiga kali lebih tinggi mengalami demensia di usia muda dibandingkan yang tidak.
3. Genetika dan Faktor Keturunan
Meskipun jarang, mutasi genetik tertentu bisa menyebabkan bentuk demensia herediter seperti Alzheimer familial, frontotemporal dementia (FTD), atau penyakit Huntington.
Jika ada riwayat demensia usia muda dalam keluarga, risiko seseorang untuk mengalami kondisi serupa meningkat secara signifikan.
4. Faktor Gangguan Pembuluh Darah
Kondisi seperti:
- Hipertensi tidak terkontrol
- Kolesterol tinggi
- Diabetes tipe 2
dapat mempercepat kerusakan pembuluh darah kecil di otak, yang pada akhirnya menyebabkan demensia vaskular. Kebiasaan buruk seperti diet tidak sehat, kurang olahraga, dan merokok memperparah risiko ini.
5. Faktor Depresi Berat yang Tidak Ditangani
Depresi yang berlangsung lama dan tidak diobati terbukti bisa menyusutkan bagian hippocampus—area otak yang penting untuk memori.
Banyak kasus demensia awal didahului oleh periode panjang depresi berat, membuat diagnosis dini menjadi tantangan besar.
Tanda-Tanda Awal Demensia Usia Muda yang Sering Diabaikan
1. Gangguan Memori di Luar Kewajaran
Bukan sekadar lupa kunci atau dompet, tetapi lupa hal-hal besar seperti janji kerja penting, acara keluarga, atau nama orang dekat.
2. Perubahan Kepribadian Drastis
Orang yang sebelumnya periang bisa tiba-tiba menjadi pendiam atau mudah tersinggung tanpa sebab jelas.
3. Kesulitan Berkomunikasi
Mulai dari sering salah memilih kata, kehilangan alur percakapan, hingga sulit memahami apa yang dibicarakan orang lain.
4. Gangguan Koordinasi dan Motorik
Menjadi lebih sering tersandung, gemetar halus, atau kesulitan melakukan tugas-tugas motorik halus seperti mengancingkan baju.
5. Kehilangan Motivasi
Tiba-tiba kehilangan minat terhadap aktivitas yang dulu disukai, tanpa alasan logis yang jelas.
Bisakah Demensia Usia Muda Dicegah?
1. Menjaga Kesehatan Otak Sejak Dini
Langkah-langkah pencegahan utama meliputi:
- Menjaga tekanan darah normal
- Mengelola kadar gula darah
- Mengontrol kolesterol
- Tidak merokok dan membatasi alkohol
- Berolahraga secara teratur
- Mengonsumsi makanan kaya antioksidan (sayur, buah, ikan berlemak)
2. Melatih Otak Secara Aktif
Kegiatan seperti membaca, belajar bahasa baru, bermain alat musik, hingga aktif bersosialisasi bisa menstimulasi koneksi saraf baru dan memperkuat cadangan kognitif.
3. Menjaga Kesehatan Mental
Mendeteksi dan mengobati stres, kecemasan, atau depresi sedini mungkin berperan besar dalam melindungi otak dari kerusakan jangka panjang.
“Otak sehat bukan hanya soal tidak sakit, tapi tentang bagaimana kita merawat pikiran dan emosi kita setiap hari,” kata Dr. Clara.
Harapan Baru: Inovasi Medis untuk Demensia Usia Muda
Terapi Gen dan Imunoterapi
Peneliti di seluruh dunia kini mengembangkan terapi berbasis genetik dan imunoterapi untuk memperlambat bahkan memperbaiki kerusakan saraf.
Meski belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan, inovasi ini memberikan harapan bahwa dalam waktu dekat, penderita demensia usia muda bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Bukan Lagi Masalah Lansia Saja
Demensia usia muda adalah kenyataan baru yang tidak boleh diremehkan. Gaya hidup modern yang penuh tekanan, kebiasaan buruk, dan faktor genetika berkontribusi terhadap meningkatnya kasus ini.